Tari Emprak Sido Mukti di Desa Kepuk Kecamatan Bangsri Kabupaten
Jepara. Kesenian Emprak termasuk kesenian Slawatan, karena menurut
(Kuntowijoyo, 1986/1987:11) disebut kesenian Slawatan karena menggunakan
Barzanji sebagai sumbernya. Kitab Barzanji adalah sebuah kitab yang
dikarang oleh Ja’far Al Barzanji (Kuntowijoyo, 1987:45). Kitab Barzanji
selaijn berisi bacaan Slawatan juga berisi kisah-kisah tentan Nabi
Muhammad SAW, tetapi yang terpenting adalah syair-syair yang memuni
kepribadian dan akhlakul karimah atau budi utama Nabi Muhammad
(Kuntowijoyo, 1987:11).TariK Emprak Sido Mukti tergolong sebagai
kesenian Islami, karena didalamnya terdapat misi keagamaan, yaitu agama
Islam. Kesenian Islam merupakan sarana dakwah disamping sebagai sarana
hiburan dan sarana komunikasi (Moeshadi, 1989:6).Agama Islam yang
mendominasi masyarakat Jepara sangat mendukung kesenian Emprak ini.
Dengan mayoritas agama Islam berarti lebih banyak kemungkinan yang
mendukung kesenian Emprak. Karena dukungan masyarakat yang lebih banyak
akan memungkinkan adanya usaha-usaha menuju ke arah pengembangan
Kemajuan dan partisipasinya yang telah dicapai sekarang ini merupakan
hasil dari usaha yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah maupun
masyarakat pendukung yang mengupayakan bagi pengembangan kesenian
Emprak. Karena itulah yang mendorong penulis untuk mengetahui upaya apa
yang telah dilakukan oleh Pemerintah daerah maupun oleh masyarakat,
pendukung serta faktor pendukung dalam pengembangan kesenian Emprak di
Kabupaten Jepara
Asal Mula Kesenian Emprak Sido Mukti
Menurut Kasturi, (67 tahun) (pemimpin kelompok seni Emprak desa
Kepuk) menjelaskan bahwa munculnya seni Emprak berawal dari sekelompok
seniman yang mbarang jangrung (mengamen tarian keliling), dan
pertunjukan dari satu tempat ke tempat lainnya.Ketika sedang berkeliling
bertemu dengan seorang “Kyai” (sebutan tokoh dalam agama Islam) dengan
beberapa orang santrinya yang sedang mengadakan perjalanan dalam rangka
menyiarkan agama Islam. Dijelaskan oleh Kasturi juga, dalam pertemuan
antara kelompok mbarang jangrung dengan Kyai beserta para santri
akhirnya terjadi kesepakatan untuk melanjutkan perjalanan bersama-sama.
Agar masyarakat lebih mudah untuk dipengaruhi dan mengikuti ajaran agama
islam.Setiap pementasan Kyai dan para santrinya dapat menyelingi
ceramah agamaa Islam sehingga seniman mbarang jangrung juga dapat
belajar agama Islam dari Kyai dan para santri. Atas inisiatif dari Kyai
dan seniman dijadikan kelompok baru dan diberi nama “Emprak”. Kata
Emprak berasal dari kata amar ma’ruf yang berarti mengajak kepada
kebaikan. Menurut Ahnan M 1993: 363, Pementasan seni Emprak selalu
diselipkan nasehat-nasehat untuk berbuat kebaikan. Tanpa menyebutkan
sumber yang pasti, ada yang menceritakan Emprak diambik dari kata
Imro’ah yang berarti wanita. Munculnya cerita tersebut karena didukung
oleh kenyataan dalam pementasan seni Emprak di Jepara banyak
menceritakan kehidupan wanita di pedesaan.Menurut Warih (39 tahun)
seorang pemain Emprak mengatakan nama Emprak diambil dari alat yang
selalu digunakan pada setiap pementasan. Alat yang dimaksud adalah
Goprak (bambu yangpanjang kira-kira 50 cm), pada satu sisi ujungnya
dipecah-pecah bila dipukulkan akan menimbulkan bunyi Prak.
Kesenian Emprak Sida Mukti didirikan atas inisiatif kepala desa pada
tahun 1980 karena warga masyarakat khususnya laki-laki suka melakukan
kebiasaan buruk yaitu Upluk (judi dadu). Melihat segi negatif yang
dilakukan oleh masyarakat desa Kepuk selaku kepala desa Soemoronggeng
berkeinginan untuk memberantas kebiasaan judi tersebut, karena dianggap
dapat merugikan masyarakat. Akhirnya Soemoronggeng bersama beberapa
tokoh masyarakat bermusyawarah untuk mencari jalan keluarnya, dengan
cara meningkatkan frekwensi pendidikan keagamaan dan
pengarahan-pengarahan melalui pementasan dalam berbagai hiburan. Selaku
seniman Emprak Kasturi mendapat tugas untuk menghidupkan kegiatan
kesenian di desa Kepuk Cerita yang dibawakan adalah tentang kehidupan
masyarakat pedesaan yang penduduk Kepuk alami dan bahasa yang digunakan
dialek daerah setempat dengan bahasa Jawa ngoko, agar mudah dipahami dan
dimengerti. Pementasan pertama seni Emprak dipentaskan pada seorang
tetangga Kasturi yang punya hajat menikahkan anaknya, dengan motivasi
dan tujuan mengenalkan pada masyarakat untuk menonton sehingga banyak
yang datang hanya menonton saja atau sekalian buoh (menyumbang).Kesenian
Emprak Sida Mukti di desa kepuk dianggap paling baru dibanding dengan
seni Emprak yang ada di daerah sekitar Kepuk, tetapi perkembangannya
jauh lebih baik dari seni Emprak yang lain. Terbukti banyak pesanan
untuk pentas, hingga seni Emprak yang lain tidak berkembang atau punah.
Kesenian Emprak Sido Mukti di Kepuk muncul sekitar tahun 1980 yang
dipimpin oleh Kasturi, pemain Emprak desa Plajan kemudian menikah dengan
seorang warga desa Kepuk dan mendirikan kelompok seni Emprak yang masih
tumbuh dan berkembang sampai sekarang (tahun 2007).
Struktur Penyajian Kesenian Emprak Sido Mukti
1) Pra Pertunjukan
Sebelum para pemain berhias diadakan upacara membaca doa – doa agar
pementasan dapat berlangsung dengan aman, tertib dan lancar tanpa adanya
halangan serta rintangan apapun juga. Upacara tersebut dipimpin oleh
sesepuh atau ketua
perkumpulan. Dalam upacara ini diadakan sesaji dan disertai pembacan do’a sampai selesai. Do`a yang dibaca sebagai berikut.
“Para sederek ingkang sami rawuh, mangga dipun sekseni,
dinten …. punika (disebut …. harinya) Bapak ibu sederek …. (disebut nama
orang yang punya hajat) nggadahai hajat saperlu …. (disebutkan
keperluannya). Anggenipun gadah hajat perlu kormat bapak Adam, ibu Hawa,
bapak kawasa ibu pertiwi, kawitan serta pungkasan. Kormat Kanjeng nabi
saha sahabatipun sekawan, Abu Bakar, Ali bin Abi Tholib, Umar bin
Khothob, Usman bin Affan. Pramilo sedoyo dipun kormat supados saget
mbiyantu anggenipun bapak/ibu sederek … (orang yang punya hajat) gadah
gajat …. (keperluannya). Setunggal bab malih anggenipun gadah kajat ugi
kormat kaki danyang miwah nim, danyang ingkang mbaurekso dusun …. mriki.
Kormat ugi dateng bambang pengalas saha brayatipun, pramilo sedoyo
dipun kormat ugi supados mbiyantu kajatipun bapak/ibu/sederek … (orang
yang punya hajat). Setunggal bab malih perlu kormat suryo lan sasi,
dinten pitu pekenan gangsal. Absa penjawab kulo mugi slamet sedoyo.
Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia (terjemah bebas oleh
penulis) berarti sebagai berikut: Saudara-saudara yang hadir di sini,
mohon supaya disaksikan. Pada har ini (disebut nama harinya)
bapak/ibu/saudara …. (orang yang punya hajat) memiliki hajat …. (jenis
hajatnya). Beliau punya hajat perlu menghormati bapak Adam, ibu Hawa,
Gusti yang menguasai dunia, nabi pertama dan terakhir, menghormati Nabi
Muhammad dan para sahabatnya yang berjumlah empat: Abu Bakar, Ali bin
Abi Tholib, Umar bin Khothob, Usman bin Affan. Semua dihormati agar
dapat membantu bapak/ibu/saudara …. (nama yang punya hajat) kecuali juga
menghormati penguasa desa …. (disebut nama desanya), menghormati
bambang pangalasan dan para pengikutnya. Semua dihormati pula supaya
dapat membantu bapak/ibu/saudara …. (nama yang punya hajat). Terakahir
perlu menghormati tanggal dan bulan, hari-hari yang berjumlah tujuh dan
hari-hari yang berjumlah 5, kiranya syah apa yang saya ucapkan semoga
semuanya dapat selamat.
2) Inti Pertunjukan
Ada empat babak dalam pertunjukkan kesenian Emprak Sido Mukti. Adapun empat babak tersebut adalah :
(1) Tari-tarian pembuka yang dilakukan oleh empat penari putra
dilanjutkan dua penari putri sebagai ledeknya menari dan menyanyi,
(2) Adegan Roman, yaitu adegan yang menggambarkan para penari putra
sedang merayu penari putri, meskipun tidak mendapatkan tanggapan yang
menyenangkan,
(3) Adegan Gunani , yaitu adegan yang menggambarkan upaya penari
putra yang menggunakan cara guna – guna untuk mendapatkan penari putri
dan
(4) Adegan Rombyong Mantu yaitu adegan yang menggambarkan penganten putri dibawa pulang ke rumah penganten putra.
3) Akhir Pertunjukkan
Setelah babak ke empat selesai, berakhirlah seluruh pementasan Emprak
yang diakhiri tampilnya salah satu seorang anggota perkumpulan untuk
menyampaikan kepada penonton bahwa pertunjukkan telah selesai.
Elemen-elemen yang menunjang Pementasan Kesenian Emprak Sido Mukti.
1) Jalan Cerita
Dikisahkan bahwa di suatu desa di wilayah Kabupaten Jepara hiduplah
sepasang suami istri yang bernama Bapak Ibu Sudi. Pak Sudi mata
pencahariannya atau pekerjaannya adalah bertani. Di samping itu, di juga
berjualan pisang di pasar
sebagai pekerjaan sambilan sehingga dia juga terkenal dengan
panggilan Pak Sudi Pisang. Kehidupan Pak Sudi sekeluarga cukup berhasil,
hal ini dapat dilihat dari keberhasilan anak tunggalnya yang bernama
Pujianto yang telah menyelesaikan kuliahnya di kota menyandang gelar
sarjana pertanian. Sebagai pemuda yang baru lulus sarjana pertanian,
Pujianto ingin kembali ke desanya untuk membangun desanya dengan ilmu
yang dimilikinya, terutama ingin memajukan pertanian di desanya.
Keinginan Pujianto itu ternyata didukung oleh kedua orang tuanya, maka
mantaplah hati Pujianto dalam memenuhi keinginan hatinya itu.
Waktu terus berjalan, sebagai pria yang sudah cukup dewasa Pujianto
jatuh cinta pada gadis teman sedesanya yang bernama Susi. Pada suatu
kesempatan, saat Susi sedang bermain dengan teman sebayanya yaitu Rini,
datanglah Pujianto menghampiri dan bermaksud ikut bergabung bermain.
Mengetahui kehadiran Pujianto, Rini menggoda Susi, karena mengetahui
Pujianto menaruh hati pada Susi. Kemudian Rini akhirnya meninggalkan
Susi dan Pujianto menyampaikan isi hatinya kepada Susi. Namun Susi
menolak cinta Pujianto karena Susi sudah jatuh cinta pada pria lain.
Pujianto yang tidak menyangka cintanya ditolak oleh Susi, hatinya
menjadi gundah, kecewa dan bingung Pak Sudi dan Bu Sudi juga merasakan
kepedihan anaknya yang semata wayang itu. Maka mereka berusaha agar
anaknya bahagia degan mengambil jalan pintas, kedua orang tua Pujianto,
mendatangi orang pintar untuk mencari guna-guna agar Susi mau dengan
Pujianto.
3) Iringan
Suatu gerakan tari akan harmonis dan bisa dinikmati apabila didukung
oleh suatu irama atau irigan sebagai pendukung suasana. Dalam pementasan
kesenian Emprak Sido Mukti iringan sangat mendukung. Tanpa adanya
iringan, pertunjukkan tidak dapat dilaksanakan.Kesenian Emprak Sido
Mukti merupakan bagian dari kesenian tradisional yang mewariskan dan
bernafaskan budaya Jawa didominasi dari instrumen Jawa sangat terasa
dalam irama pengiring gerak tarian yang dibawakan oleh penari. Adapun
alat musik yang dipakai untuk mengiringi para penari dalam kesenian
Emprak Sido Mukti, antara lain Kendang, Terbang, Demung, Slentem, Gong
dan Geprak, yang dikemas dalam beberapa iringan.
4). Tata Rias
Tata rias dalam pementasan kesenian Emprak Sido Mukti merupakan
pendukung yang harus ada karena dapat memberikan keindahan sesuai dengan
karakter atau perwatakan. Tujuan dari tata rias untuk membantu
mengespresikan muka penari sesuai peran yang akan dibawakan oleh penari.
Rias bukan sekadar merubah wajah dan penampilan saja tetapi membuat
atau mewujudkan wajah dan penampilan yang sesuai dengan peran yang
dibawakan.
5). Kostum
Kostum penari kesenian Emprak Sido Mukti cukup sederhana. Untuk
penari putra mengenakan baju panjang ditambah dengan rompi, celana
longgar / komprang sebatas lutut, jarik, sabuk dan kopyah. Sedangkan
penari putri mengenakan baju lengan pendek, kain jarik / jarit, sampur,
sabuk, di bagian kepala mengenakan konde dan jepit penghias rambut.
6). Lagu
Dalam membahas struktur penyajian kesenian Emprak Sido mukti di desa
Kepuk, peneliti mengamati bahwa untuk menghangatkan suasana pementasan,
sesekali pemusik membuat trick, ketika pembawa acara menyampaikan lagu –
lagu yang akan dinyanyikan oleh ledek. Trick yang dimaksud adalah
permainan instrumentalia berirama rock dengan panjang melodi
menyesuaikan ledek sampai nada posisi siap tampil. Kemudian setelah itu
biasanya ledek mengajak dialog dengan para penonton barang sejenak
secara basa – basi demi semaraknya pementasan. Begitu ledek smpai pada
saat menyebut judul lagu yang akan dinyanyikan baik memenuhi permintaan
penonton, atau menurut pilihan ledek sendiri, ketukan pemain melodi
sebagai isyarat bahwa intro lagu yang dimaksud segera dimulai.
Intro lagu, model irama, tempo, interlude, ending, bahkan ampai nada
dasar, pada umumnya para pemai musik meniru seperti bentuk lagu aslinya.
Hanya kadang – kadang perlu menurunkan nada dasar terutama bagi ledek
yang memang dipandang tidak sanggup membawakan sesuai dengan nada
aslinya, seperti disampaikan Sudirun ( 34 tahun ), pemain melodi pada
kesenian Emprak usai pementasan kesenian Emprak di rumah Bapak Suharman
dalam acara khitanan anaknya pada tanggal 29 April 2007 di desa
Sekuro.Menurut pengamatan penulis, lagu – lagu yang disajikan dalam
setiap pentas kesenian Emprak Sido Mukti tidak terbatas pada lagu – lagu
terbaru saja, tetapi juga lagu – lagu lama yang masih disenangi atau
digemari sampai sekarang, seperti lagu Mandi Madu, Rembulan Malam, dan
Colak-colek.
sumber: http://wahidfurniture.blogdetik.com/2011/11/17/kesenian-jepara/